Night Diamond Bloody Red

Wednesday, December 12, 2018

ANALISIS KINERJA SISTEM - MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING - Struktur Team Yang Digunakan Untuk Mengorganisasikan Para Programmer, dan Tugas Masing-Masing Anggota Team.


Nama : Irfan Nur Rakhman
NPM : 13115431
Kelas : 4KA07


MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING
Struktur Team Yang Digunakan Untuk Mengorganisasikan Para Programmer, dan Tugas Masing-Masing Anggota Team.

Terdapat 3 struktur team yang digunakan untuk mengorganisasikan para programmer:
1. Chief Programmer Teams
2. Adaptives Teams dan
3. Controlled-Decentralized Teams

Ketua Tim Programmer (Chief Programmer Team).
Fungsi dan Cirinya :
Chief Programmer :
· Bertanggung jawab secara total/penuh untuk sistem dimana team bekerja
· Harus seorang ahli
· Seorang programmer yang sangat produktif
· Bertanggungjawab dalam mendesain, coding, dan mengintegrasikan bagian yang
kritis dalam sistem
· Memberikan perintah kerja pada bagian back-up dan support programmers.
Back-up Programmers :
· Seorang programmer senior yang bertanggungjawab dalam memberikan dukungan
penuh pada chief programmer
· Harus bisa mengambil alih tugas chief programmer setiap saat
Support Programmers:
· Diperlukan pada saat proyek besar yang tidak bisa dikerjakan oleh chief programmer
dan back-up programmer saja.
· Menyediakan dukungan
· Bekerja dalam pembuatan coding dan uji coba modul tingkat rendah ( testing lowerlevel)
Librarian (penyedia data) :
· Bertanggungjawab dalam perawatan program production library.
· Menyediakan input dan mengumpulkan keluaran untuk para programmer, file
output dari hasil kompilasi dan ujicoba, mempertahankan agar source code dan
object-code library tetap up to date.
Sruktur “ The Chief Programmer team “ ini di desain untuk mengurangi kebutuhan
proses informasi antara anggota team dan untuk meningkatkan kapasitas dari proses
informasi.

Penyesuaian Tim (Adaptives Teams).
Struktur ini diperuntukan untuk melayani 2 kebutuhan, yaitu:
1. Keinginan organisasi untuk meningkatkan kualitas program
2. Memenuhi kebutuhan sosial/ psikologi dari setiap anggota programmer dalam team.
Perbedaan dari struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah:
· Adaptive team tidak punya tigkat otoritas, dimana kepemimpinan dalam team ada
di tangan para anggota.
· Dalam Adaptive team, tugas diberikan pada anggota dari team daripada ditentukan
lewat posisi.
· Adaptive team tidak mempunyai aturan formal librarian (penyedia data)
dalam mengkoordinasikan fungsi team.

Desentraliasi Pengendalian Tim (Controlled-Decentralized Teams)
Struktur ini mempunyai junior programmer yang akan melaporkan hasil program pada
senior programmer, kemudian oleh senior programmer dilaporkan juga pada ketua proyek.
Dengan struktur ini, manfaat/keuntungan dari struktur sebelumnya akan didapatkan.
Keuntungannya : dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana struktur dari grup
ini akan memfasillitasi pemecahan masalah.
Kerugian : strukur ini tidak bisa bekerja dengan baik apabila tugas dari programmer
tersebut tidak bisa di bagi-bagi, dan dengan waktu deadline yang sangat
ketat.

Pengelolaan Kelompok Sistem Programming
Para programmer sering diklasifikasikan menurut aplikasi programmer atau sistem
programmer. Dahulu, programmer membangun dan merawat program untuk system
aplikasinya. Tetapi kini, membangun dan merawat sistem software. Seperti sistem operasi,
sistem manajemen database, dan komunikasi software.

Mengontrol Masalah
Mengontrol sistem programmer adalah tugas yang berat, mereka biasanya memiliki
keahlian yang tinggi dan sering bekerja sendiri atau ada di dalam grup yang kecil. Dengan
menerapkan kontrol secara tradisional pada aktivitas mereka seperti pemisahan tugas,
sangatlah sulit. Mereka biasanya bekerja pada situasi yang kritis.

Mengukur Sistem Kontrol
Meskipun sulit unuk mengontrol sistem programmer, beberapa hal ini dapat di
implementasikan untuk mengontrolnya:
1. Pekerjakan staf sistem programming yang mempunyai kualitas yang tinggi.
2. Pisahkan tugas seluas mungkin, contohnya tanggung jawab untuk desain dan coding
sistem program dipisah dari tanggung jawab untuk uji coba program.
3. Buat metode dokumen standar
4. Batasi wewenang sistem programmer, jadi seorang programmer hanya bekerja
sesuai dengan aplikasi yang dikuasainya.
5. Jauhkan prosedur petunjuk manual dan kunci mesin dari aktivitas sistem programmer.
Hal ini dimaksudkan agar aktivitas yang tidak diinginkan / sesuai dengan tugasnya tidak
terjadi.
6. Pekerjakan konsulan dari luar untuk mengevaluasi pekerjaan programming.
7. Perintahkan programmer aplikasi untuk mengevaluasi pekerjaan sistem programmer
secara berkala agar dapat dihasilkan program yang berkualitas.


ANALISIS KINERJA SISTEM - MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING - 5 Tahapan Pengembangan Program dan Keterlibatan Auditor pada Masing-Masing Tahap



Nama : Irfan Nur Rakhman
NPM : 13115431
Kelas : 4KA07


MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING
5 tahapan pengembangan program dan keterlibatan auditor pada masing-masing tahap

1. Perencanaan (Planning)

Tugas utama dari manajemen dalam tahap ini adalah untuk memperkirakan kebutuhan
besarnya sumber daya (khususnya jam kerja) yang dibutuhkan dalam pengembangan,
pengadaan, dan penerapan software. Jika, sebagai contoh, s/w di buat di rumah (in house),
manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang
di ketik atau banyaknya fungsi yang di buat. Auditor bertugas untuk membuat rencana terbaik  dalam pembuatan software.

2. Pengendalian (Control)

Pada tahap kontrol ini, ada dua tujuan utama yaitu :
1. Untuk memonitor kemajuan dan beberapa tahap pada siklus hidup s/w agar tidak
bertentangan dengan rencana awal.
2. Mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi s/w, agar s/w dapat di
produksi secara autentik, akurat dan lengkap.
Seorang auditor harus mempunyai dua perhatian khusus pada kendali, pada tahap kontrol ini
yaitu:
1. Auditor harus dapat mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas kontrol dapat diterapkan
juga pada software yang berbeda.
2. Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu kontrol
sudah dijalankan dengan benar dan dapat dipercaya.

3. Perancangan (Design)

Dalam tahap desain, seorang programmer bertugas untuk menspesifikasikan struktur dan
operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama tahap proses
informasi sistem desain dari pengembangan sistem.
Selama tahap ini, perhatian utama seorang auditor adalah untuk menentukan apakah
programmer menggunakan suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk desain.
Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan
dari suatu program.
Seorang auditor juga dapat memperoleh bukti dari proses desain dengan melakukan
interview, observasi, dan review dari dokumentasi. Mereka dapat berkomunikasi dengan
programmer, apakah mereka dapat memahami tentang kebutuhan dengan menggunakan
pendekatan yang sistematik untuk desain, jika ya, bagaimana menggunakannya.
Auditor juga dapat mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik
untuk mendesain program.
Mereka juga dapat meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur chart sebagai
bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik untuk mendesain.

4. Pengkodean (Coding)

Tahap koding (pengetikan / penulisan program) dilakukan pada saat s/w akan dibuat atau
dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source
code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan desain
program.
Auditor perlu mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam
memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Khususnya pada program yang besar,
penggunaan strategi yang salah (jelek) dapat mengakibatkan program yang dihasilkan menjadi
kurang berkualitas.
Auditor dapat melakukan wawancara untuk menguji apakah manajemen menggunakan
pendekatan sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Mereka juga
dapat menguji dokumentasi program untuk memperoleh bukti tipe strategi yang telah di
adopsi (di pilih).
Strategi Coding
Menurut konvensi (kesepakatan) program terstruktur, terdapat tiga dasar struktur utama
dalam struktur kontrol yaitu (lihat gbr.5.5) :
1. Urutan sederhana (simple sequence - SEQUENCE)
2. Pemilihan dengan seleksi (selection based on a test – IF-THEN-ELSE) dan
3. Pengulangan kondisi (conditional repetition-DO WHILE)
Jika konvensi pemrograman terstruktur di penuhi, dapat dipastikan bahwa para programmer
akan membuat source-code yang tingkat kesalahannya kecil, mudah untuk dimengerti dan
mudah untuk dirawat.
Auditor dapat mencari bukti untuk memastikan apakah manajemen programming di jamin di
buat oleh programmer mengikuti struktur programming yang telah di sepakati. Mereka dapat
melakukan wawancara dengan manager atau programmer tentang tugas dan cara yang
dilakukannya dalam membuat program.
Auditor juga dapat mengecek apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan
fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka. Beberapa tipe penggunaan fasilitas koding
otomatis anatara lain :
· Shorthand preprocessor, memungkinkan programmer untuk menulis kode secara singkat,
jugadapat menerjemahkan kode singkat ini dalam sintak yang lebih lengkap, contoh
COBOL.
· Decision-table preprocessor, memindahkan bentuk teks program ke dalam bentuk sourcecodemenggunakan
bahasa pengolahan compiler.
· Copy facility, memungkinkan penggunaan kode secara berulang
· Editor, yang memungkinkan kode di ciptakan, di format, dan dimodifikasi secara mudah.
· User-interface management system, memungkinkan desain dari implementasi yang
cepat,seperti windows, icons, menus, dan dialog boxes.
· CASE tools, berisi bermacam-macam fasilitas yang dapat membantu proses koding.

5. Pengetesan (Testing)

Software testing adalah aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mengevaluasi atribut-atribut atau kemampuan sebuah program atau sistem dan penentuan apakah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Testing adalah proses pemeriksaan program dengan tujuan tertentu dalam menemukan kesalahan sebelum diserahkan ke pengguna.
Verification: Apakah kita membangun produk dengan benar, Software seharusnya sesuai dengan spesifikasinya. Gunakan proses software yang bagus. Validation: “Apakah kita membangun produk yang benar, Software seharusnya melakukan apa yang pengguna benar-benar butuhkan.
Tahapan Testing
Terdapat cukup banyak pendekatan yang dilakukan untuk melakukan testing. Salah satu definisi testing adalah “sebuah proses yang melakukan pertanyaan terhadap sebuah produk untuk dinilai”, di mana “pertanyaan” merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada produk sebagai pengujian.
Beberapa tahapan testing yang umum dilalui oleh aplikasi adalah sebagai berikut:
Unit/ComponentTesting.
Terbagi atas testing terhadap unit dan component. Unit testing merupakan proses testing, di mana Anda melakukan testing pada bagian basic dari kode program. Contohnya adalah memeriksa kode program pada event, procedure, dan function. Unit Testing meyakinkan bahwa masing-masing unit tersebut berjalan sebagaimana mestinya.Pada Unit Testing, Anda memeriksa bagian kode program secara terpisah dari bagian yang lain. Anda dapat langsung melakukan Unit Testing setiap kali sebuah kode unit (event, procedure, function) selesai dibuat. Anda dapat memeriksa kode unit dengan menjalankannya baris per baris untuk memastikan bahwa proses yang dilakukan berjalan sebagaimana yangAndainginkan.

IntegrationTesting.
Setelah Anda melakukan Unit/Component Testing, langkah berikutnya adalah memeriksa bagaimana unit-unit tersebut bekerja sebagai suatu kombinasi, bukan lagi sebagai suatu unit yang individual. Sebagai contoh, Anda memiliki sebuah proses yang dikerjakan oleh dua function, di mana satu function menggunakan hasil output dari function yang lainnya. Kedua function ini telah berjalan dengan baik secara individu pada Unit Testing. Pada tahap Integration Testing, Anda memeriksa hasil dari interaksi kedua function tersebut, apakah bekerja sesuai dengan hasil yang diharapkan. Anda juga harus memastikan bahwa seluruh kondisi yang mungkin terjadi dari hasil interaksi antarunit tersebut menghasilkanoutputyangdiharapkan.

SystemTesting.
Mencakup testing aplikasi yang telah selesai didevelop. Karena itu, aplikasi harus terlihat dan berfungsi sebagaimana mestinya terhadap end-user atau pengguna akhir. Untuk itu, testing dilakukan dengan menggunakan data yang menggambarkan data yang digunakan oleh pengguna sesungguhnya terhadap aplikasi. Jika aplikasi Anda di-develop untuk lingkungan yang besar,
Anda dapat melakukan testing pada dua komputer yang berbeda. Komputer yang Anda gunakan sebagai komputer testing harus terlebih dahulu dikonfigurasi hanya dengan:
a. Operating system yang dibutuhkan.
b. Driver yang diperlukan oleh aplikasi.
c. Aplikasi yang dites.
Dengan menggunakan konfi gurasi yang paling minimal dan sederhana, maka dapat membantu Anda untuk memastikan bahwa permasalahan yang timbul selama testing berlangsung adalah merupakan kesalahan aplikasi, dan bukan kesalahan yang berasal dari aplikasi atau software lain.

AcceptanceTesting.
Seperti Integration Testing, Acceptance Testing juga meliputi testing keseluruhan aplikasi. Perbedaannya terletak pada siapa yang melakukan testing. Pada tahap ini, end-user yang terpilih melakukan testing terhadap fungsi-fungsi aplikasi dan melaporkan permasalahan yang ditemukan. Testing yang dilakukan merupakan simulasi penggunaan nyata dari aplikasi pada lingkungan yang sebenarnya. Proses ini merupakan salah satu tahap final sebelum pengguna menyetujui dan menerima penerapan sistem aplikasi yang baru. Karena itu pada tahap ini sudah tidak difokuskan untuk mengangkat permasalahan kecil seperti kesalahan pengetikan, ataupun kosmetik aplikasi. Hal-hal minor seperti di atas sudah seharusnya ditangani selama Unit/Component Testing dan Integration Testing.

RegressionTesting.
Merupakan bagian penting dari masing-masing tahap proses testing. Regression Testing mencakup pengujian ulang terhadap unit, component, proses, atau keseluruhan aplikasi setelah perbaikan suatu kesalahan dilakukan.Regression Testing memastikan permasalahan yang terjadi telah ditanggulangi, dan tidak terdapat permasalahan baru yang timbul sebagai efek perbaikan tersebut. Selain itu, tahap ini tidak hanya berguna untuk melakukan pengujian aplikasi, tetapi dapat juga digunakan untuk melakukan pemantauan kualitas dari output yang dihasilkan. Sebagai contoh, Regression Testing memantau ukuran file, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu tes, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kompilasi,dan lain sebagainya.
Auditor bertugas melakukan segala percobaan dan test sebelum software dibuat seutuhnya.

6. Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance)

Dalam sudut pandang Sistem Audit, perhatian utama pada operasional program
adalah bagaimana performance program tersebut dapat dimonitor setiap saat.
Seseorang harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi apabila program perlu
perawatan, kemungkinan lain adalah identifikasi dari kebutuhan perawatan mungkin
tidak terjadi. Akibatnya, bisa terjadi kekeliruan pada database program, kegagalan dalam
pencapaian keinginan user, atau operasi program tidak efisien.
Mekanisme formal dalam monitoring status operasional program sangat diperlukan,
ketika pengguna dari program adalah seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai
macam latar belakang.
Ada 3 macam tipe dari perawatan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap
beroperasi:
1. Repair-maintenance-errors, perawatan dengan cara memperbaiki kesalahan.
2. Adaptive maintenance-users needs, perawatan dengan mengadaptasi pada keinginan
user.
3. Perfective maintenance, perawatan dengan maksud agar diperoleh program yang
sempurna.
Perhatian utama seorang auditor pada fase operation & maintenance adalah untuk
memastikan bahwa fase ini berjalan dengan efektif dan pelaporan secara berkala dapat
dilakukan, serta proses perawatan bisa di kontrol dengan baik.
Auditor harus bisa mencari bukti bawa manajemen telah meninjau sistem dengan
baik dan bertanggungjawab didalam monitoring status dari operasional program.
Caranya dengan melakukan interview (wawancara), observasi, tinjauan pada dokumen
yang menunjukkan bahwa sistem telah beroperasi dengan baik. Selanjutnya mereka harus
fokus pada kualitas dari kontrol proses maintenance.

Sunday, October 21, 2018

ANALISA PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI RUMAH SAKIT RIZANI PAITON DENGAN METODE SDLC - Audit Teknologi Sistem Informasi



 Irfan Nur Rakhman 13115431 - 4KA07

ANALISA PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI RUMAH SAKIT RIZANI PAITON DENGAN METODE SDLC

BAB I. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perkembangan Sistem Informasi telah menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan ini juga telah menyebabkan perubahanperubahan peran dari para manajer dalam pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan. Para manajer di berbagai organisasi juga diharapkan dapat dengan lebih mudah untuk menganalisis kinerjanya secara konstan dan konsisten dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia.
Sistem Informasi adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem Informasi berbeda dengan sistem informasi pada umumnya karena Sistem Informasi digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan.
Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibatnya bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusankeputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya.
Rumah Sakit Rizani Paiton merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Probolinggo yang telah menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dimana SIRS itu sendiri berfungsi untuk memudahkan dan memakSIalkan pelayanan yang dimiliki oleh RS Rizani. Dalam penerapannya, SI RS Rizani menggunakan metode Structured Design Life Cycle (SDLC) yaitu sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melakukan analisis penerapan metode pengembangan SI khususnya SDLC di RS Rizani Paiton, mengidentifikasi bagaimana tahapan-tahapan dalam penerapan SI di RS Rizani.

1.2    Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan metode pengembangan Sistem Informasi di instansi Rumah Sakit Rizani Paiton?

1.3    Tujuan
1.3.1        Tujuan umum
Menganalisis metode pengembangan Sistem Informasi di RS Rizani Paiton.
1.3.2        Tujuan khusus
1.      Untuk mengidentifikasi metode pengembangan SI di RS Rizani Paiton.
2.      Untuk mengidentifikasi tahapan-tahapan pengembangan SI di RS Rizani Paiton.
3.      Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pada penerapan metode pengembangan sistem di RS Rizani Paiton.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem. Metodologi SDLC dimulai dengan ide-ide yang berasal dari pengguna, melalui studi kelayakan, analisis dan desain sistem, pemrograman, pilot testing, implementasi, dan analisis setelah diimplementasikan (evaluasi). Dokumentasi yang dibuat selama melakukan pembangunan atau pengembangan sistem digunakan untuk perubahan-perubahan di masa yang akan datang, misalnya melanjutkan pengembangan sistem, modifikasi atau penghilangan (deletion).

2.2    Tahapan SDLC
Beberapa ahli sistem informasi menyatakan bahwa SDLC merupakan pengembangan sistem secara tradisional dan memiliki beberapa tahapan. Pada intinya langkah-langkah dalam metodologi SDLC adalah:
1.      Mengevaluasi sistem yang ada
Dengan evaluasi, akan diketahui kekurangan-kekurangan (defisiensi) yang ada dalam sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan interview/wawancara dengan pengguna yang menggunakan sistem tersebut dan melakukan konsultasi dengan orang-orang yang berkompeten di bidang itu,
2.      Mendefinisikan kebutuhan sistem baru yang akan dibangun
Kekurangan-kekurangan yang ada pada sistem lama harus dijelaskan secara spesifik sehingga menjadi perhatian untuk perbaikan sistem yang akan dibangun. Selain menganalisis dan mendefinisikan masalah, sistem informasi yang ada juga memprediksi kemungkinan solusi untuk sistem informasi yang akan dibangun atau dikembangkan serta proses organisasinya.
3.      Mendesain sistem yang diusulkan
Rencana-rencana yang akan dilakukan didasarkan/difokuskan pada konstruksi fisik, perangkat keras, perangkat lunak, sistem operasi, pemrograman, komunikasi, dan masalah keamanan sistem informasi. Merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras, dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.
4.      Pengembangan sistem yang baru
Komponen-komponen dan program harus tersedia dan diinstall. Membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan pengujian secara akurat. Melakukan instalasi dan pengujian terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak. Pengguna yang akan menggunakan sistem harus dilatik dan semua aspek yang terdapat dalam sistem informasi tersebut harus dicoba.
5.      Penggunaan sistem baru
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sistem baru dapat diimplementasikan untuk menggantikan sistem lama. Penerapan sistem baru sebagai pengganti sistem lama yang ada dapat dilakukan secara serentak ataupun bertahap. Hal ini tergantung dari kesiapan organisasi, teknis, operasional, dan biaya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Pada tahap ini, organisasi perlu melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.
6.      Evaluasi
Harus dilakukan terhadap sistem informasi baru yang telah/sedang berjalan. Hal yang dilakukan adalah mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan. Pemeliharaan sistem dilakukan dengan sungguh-sungguh dan teliti secara terus-menerus, sehingga sistem infomasi yang dibangun dapat bermanfaat bagi organisasi tersebut.
SDLC merupakan metodologi klasik yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara, dan menggunakan sistem informasi. Metodologi ini mencakup sejumlah fase/tahapan (Kadir, 2002). Meskipun jumlah tahapan dalam SDLC dalam berbagai literatur berbeda-beda, pada prinsipnya secara keseluruhan semua proses yang dilakukan sama.
1.      Analisa sistem
Tahapan analisa sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap sistem baru. Permintaan dapat datang dari seorang manajer di luar departemen sistem informasi atau dari pihak eksekutif yang melihat adanya masalah atau menemukan adanya peluang baru. Namun ada kalanya inisatif pengembangan sistem baru berasal dari bagian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi, yang bermaksud mengembangakan sistem yang sudah ada atau menangani masalah-masalah yang berlum tertangani (Kadir,2002)
Tujuan utamanya adalah untuk menentukan hal-hal detail tentang yang akan dikerjakan oleh sistem yang diusulkan (dan bukan bagaimana caranya). Analisa sistem mencakup studi kelayakan dan analisa kebutuhan (Kadir, 2002).
a.         Studi kelayakan
Studi kelayakan digunakan untuk menentukan kemungkinan keberhasilan solusi yang diusulkan. Tahapan ini berguna untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan tersebut benar-benar dapat dicapai dengan sumber daya dan dengan memperhatikan kendala yang terdapat pada perusahaan dan dampak terhadap lingkungan sekeliling (Kadir, 2002).
Di dalam tahapan ini, analisa sistem melaksanakan penyelidikan awal terhadap masalah dan peluang bisnis yang disajikan dalam usulan proyek. Pengembangan sistem tugas-tugas yang tercakup dalam studi kelayakan meliputi :Penentuan masalah dan peluang yang dituju sistem.
1)      Pembentukan sasaran sistem baru secara keseluruhan.
2)      Pengidentifikasian para pemakai sistem.
3)      Pembentukan lingkup sistem (Kadir, 2002).
Selain itu, selama dalam tahapan studi kelayakan sistem analis juga melakukan tugas-tugas seperti berikut:
1)      Pengusulan perangkat lunak dan perangkat keras untuk sistem baru.
2)      Pembuatan analisa untuk membuat dan atau membeli aplikasi.
3)      Pembuatan analisa biaya/manfaat.
4)      Pengkajian terhadap risiko proyek.
5)      Pemberian rekomendasi untuk meneruskan atau menghentikan proyek (Kadir, 2002).
b.         Analisa kebutuhan
Analisa kebutuhan dilakukan untuk menghasilkan spesifikasi kebutuhan (disebut juga spesifikasi fungsional). Spesifikasi kebutuhan adalah spesifikasi yang rinci tentang hal-hal yang dilakukan sistem ketika diimplementasikan. Spesisifikasi ini sekaligus dipakai untuk membuat kesepakatan antara pengembang sistem, dan pemakai yang kelak menggunakan sistem, manajemen dan mitra kerja yang lain (misalnya auditor internal) (Kadir, 2002).
Analisa kebutuhan ini diperlukan untuk menentukan keluaran yang akan dihasilkan sistem, masukan yang diperlukan sistem, lingkup proses yang digunakan untuk mengolah masukan menjadi keluaran volume data yang akan ditangani sistem, jumlah pemakai dan kategori pemakai, serta kontrol terhadap sistem (Kadir, 2002).
Untuk melakukan analisa kebutuhan, analisa sistem biasanya melakukan langkah-langkah seperti berikut:
1)      Wawancara
2)      Riset terhadap sistem yang sekarang
3)      Observasi lapangan
4)      Kuis
5)      Pengamatan terhadap sistem serupa
6)      Prototipe
2.      Perancangan sistem
Perancangan sistem dibagi menjadi dua subtahapan, yakni perancangan konseptual, dan perancangan fisik. Target akhir dari tahapan ini adalah menghasilkan rancangan yang memenuhi kebutuhan yang ditentukan selama tahapan analisa sistem. Hasil akhirnya berupa spesifikasi rancangan yang sangat rinci sehingga mudah diwujudkan pada saat pemrograman.
a.       Perancangan konseptual
Disebut juga perancangan logis. Pada perancangan ini kebutuhan pemakai dan pemecahan masalah yang teridentifikasi selama tahapan analis sistem mulai dibuat untuk diimplementasikan. Ada langkah penting yang dilkaukan dalam perancangan konseptual, yaitu evaluasi alternatif rancangan, penyiapan spesifikasi rancangan, dan penyiapan laporan rancangan sistem secara konseptual. Evaluasi alternatif digunakan menentukan alternatif-alternatif rancangan yang bisa digunakan dalam sistem, yang mencakup  elemen keluaran, penyimpanan data, masukan, dan prosedur permrosesan dan operasi.
1)      Keluaran
Rancangan laporan mencakup frekuensi laporan (harian, mingguan, dan sebagainya), isi laporan, bentuk laporan, dan laporan cukup ditampilkan pada layar atau perlu dicetak.
2)      Penyimpanan data
Dalam hal ini, semua data yang diperlukan untuk membentuk laporan ditentukan lebih detail, termasuk ukuran data (misalnya, nama barang makSIal terdiri atas 25 karakter) letaknya dalam berkas.
3)      Masukan
Rancangan masukan meliputi data yang perlu dimasukkan ke dalam sistem.
4)      Prosedur pemrosesan dan operasi
Rancangan ini menjelaskan bagaimana data masukan diproses dan diSIpan dalam rangka untuk menghasilkan laporan (Kadir, 2002).
b.      Perancangan fisik
Rancangannnya bersifat konseptual diterjemahkan dalam bentuk fisik sehingga terbentuk spesifikasi yang lengkap tentang modul-modul sistem dan antarmuka antaramodul, serta rancangan basis data secara fisik. Hasil akhirnya berupa rancangan keluaran, rancangan masukan, rancangan antarmuka pemakai dan sistem, rancangan platform, rancangan basis data, rancangan modul, rancangan kontrol, dokumentasi, rencana pengujian, dan rencana konversi.
1)      Rancangan keluaran, berupa bentuk laporan dan rancangan dokumen.
2)      Rancangan masukan, berupa rancangan layar untuk pemasukan data.
3)      Rancangan antarmuka pemakai dan sistem, berupa rancangan interaksi antara pemakai dan sistem (menu, ikon, dan lain-lain).
4)      Rancangan platform, berupa rancangan yang menentukan perngkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.
5)      Rancangan basis data, berupa rancangan-rancangan berkas dalam basis data, termasuk penentuan kapasitas masing-masing.
6)      Rancangan modul, berupa rancangan modul atau program yang dilengkapi dengan algoritma (cara modul atau program kerja bekerja).
7)      Rancangan kontrol, berupa rancangan kontrol-kontrol yang digunakan dalam sistem (mencakup hal-hal seperti validasi, otorisasi, dan pengauditan).
8)      Dokumentasi, berupa hasil pendokumentasian hingga tahap perancangan sistem.
9)      Rencana pengujian, berisi rencana yang dipakai untuk menguji sistem.
10)  Rencana konversi, berupa rencana untuk menerapkan sistem baru terhadap sistem lama (Kadir, 2002).
3.      Implementasi sistem
Pada tahap ini terdapat banyak aktivitas yang dilakukan, yaitu berupa:
a.       Pemrograman dan pengujian
b.      Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak
c.       Pelatihan kepada pemakai
d.      Konversi
e.       Pembuatan dokumentasi
Yang perlu dibahas lebih lanjut adalah pemrograman, pengujian, konversi, dan pembuatan dokumentasi.
a.       Pemrograman dan pengujian
Berdasarkan perancangan fisik, pemrograman memulai melakukan pemrograman, merupakan aktivitas pembuatan program atau sederatan instruksi yang digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai dengan masing-masing maksud instruksi.setiap program menjalani pengujian secara individual untuk memastikan bahwa program bebas dari kesalahan. Pengujian seperti ini disebut dengan pengujian unit. Jika terjadi kesalahan, pemakai akan berusaha mencari penyebabnya dan proses untuk melakukan pencarian kesalahan ini disebut debugging.
1)      Pengujian integrasi
Pengujian ini dilakukan setelah semua modul/program melewati pengujian unit untuk melihat efek ketika program saling dikaitkan.
2)      Pengujian sistem
Setelah melalui pengujian integrasi, fungsi-fungsi dalam sistem dan juga kinerjanya diuji. Sistem divalidasikan terhadap spesifikasi kebutuhan dengan kondisi dan lingkungan yang menyerupai dengan keadaan dan lingkungan operasional. Pada pengujian ini, kontrol dan prosedur pemulihan sistem (system recovery) juga diuji.
3)      Pengujian penerimaan
Dilakukan sebelum sistem dioperasikan dengan melibatkan pemakai, pengembangan sistem, personil yang akan memelihara sistem, manajemen, dan auditor internal. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa segala kebutuhan telah terpenuhi. Dalam hal ini pemakai akan memberikan persetujuan untuk menerapkan sistem ini sebagai sistem produksi (sistem yang akan dioperasikan oleh pemakai).
4)      Pengujian instalasi
Jika pengujian penerimaan dilakukan sebelum sistem dipasang ke lingkungan operasional, sistem perlu diuji kembali setelah dipasang pengujian seperti inilah yang disebut pengujian instalasi (Kadir, 2002).
b.      Konversi
Merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama. Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan untuk melakukan konversi yantiu konversi paralel, koversi langsung, konversi pilot, dan konversi modular atau bertahap
c.       Dokumentasi
Merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena akan menjadi acuan pada tahapan operasi dan pemeliharaan. Pada tahap implemnetasi, dokumentasi yang dibuat ddapat dibagi menjadi tiga jenis, yiatu dokumentasi pengembangan, dokumentasi operaSI dan dokumentasi pemakai.
4.      Operasi dan pemeliharaan
Setelah masa sistem berjalan sepenuhnya menggantikan sistem yang lama, sistem memasuki pada tahapan operasi  dan pemeliharaan. Selama sistem beroperasi, pemeliharaan sistem tetap diperlukan karena beberapa alasan. Pertama, mungkin sistem masih menyisakan masalah-masalah yang tidak terdeteksi selama pengujian sistem. Kedua, pemeliharaan diperlukan karena perubahan bisnis dan lingkungan atau adanya permintaan kebutuhan baru (misalnya berupa laporan) oleh pemakai. Ketiga, pemeliharaan juga bisa dipicu karena kinerja sistem yang menjadi menurun sehingga barangkali perubahan-perubahan penulisan program.

2.3    Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1)      Mudah diaplikasikan
2)      Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Kekurangan:
1)      Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses
2)      Dapat mengakibatkan sulitnya merespons perubahan kebutuhan pengguna
3)      Model SDLC harus digunakan hanya ketika persyaratan dipahami dengan baik
4)       Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model karena model ini bisa melakukan itersi tidak langsung.
5)      Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit untuk megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
6)      Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyrk dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang dari awal.
7)      Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota tim proyek harus menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.


BAB III. PEMBAHASAN

3.1  Profil Rumah Sakit
Rumah Sakit Rizani adalah salah satu rumah sakit swasta yang didirikan di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur yang menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dari staf berdedikasi dan profesional dengan menggunakan teknologi terkini dan fasilitas berstandar tinggi bagi masyarakat. RS ini berada di wilayah yang strategis yaitu antara Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo tepatnya di Jalan Raya Surabaya – Situbondo KM 137 Desa Sumberejo Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo.
RS Rizani telah menetapkan visi dan misi untuk menjamin tersedianya layanan yang dapat dipertanggung jawabkan. Berikut ada visi,misi, nilai, dan motto RS Rizani:
Visi:
Terwujudnya rumah sakit yang terpercaya dengan pelayanan kesehatan yang orofesional, handal, mampu berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran modern yang berstandar internasional.
Misi:
1.        Memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, terjangkau, paripurna, efisien, efektif, manusiawi dan memuaskan.
2.        Mendorong terwujudnya sumberdaya manusia yang profesional, akuntabel, dan berorientasi pada pelanggan.
3.        Memberikan pelayanan dengan tetap memperhatikan aspek sosial ekonomi.
4.        Selalu melakukan inovasi dalam pelayanan, fasilitas, dan sumber daya insani.
Nilai:
R         = Responsive, cepat tanggap dalam melayani dan menyelesaikan masalah pasien
I           = Inexpensive, fasilitas modern dengan tarif yang terjangkau
Z          = Zestful, selalu semangat dalam pelayanan dan totalitas saat bekerja
A         = all-in, memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat
N         = Nearest, rumah sakit yang terpercaya dengan pelayanan kesehatan yang profesional yang berada sangat dekat dengan masyarakat Kab. Probolinggo terutama daerah Paiton dan sekitarnya
I           = Innovative, selalu melakukan inovasi dalam pelayanan, fasilitas, dan sumber daya Insani
Motto:
“Kami senantiasa Mengutamakan Kesehatan Pasien”
Berikut adalah pelayanan yang tersedia di RS Rizani, baik pelayanan medis maupun pelayanan penunjang medis.
a.         Pelayanan Medis
1.      Instalasi Rawat Jalan
·         Poli spesialis anak
·         Poli spesialis penyakit dalam
·         Poli spesialis bedah umum
·         Poli spesialis bedah tulang
·         Poli spesialis paru
·         Poli spesialis penyakit kulit dan kelamin
·         Poli spesialis mata
·         Poli spesialis THT
·         Poli spesialis gigi
·         Poli gigi umum
·         Poli spesialis jantung pembuluh darah
·         Poli spesialis syaraf
·         Rehabilitasi medik/fisioterapi
·         Medical check up (MCU)
2.      Instalasi Rawat Inap
3.      Instalasi Gawat Darurat
4.      Instalasi Bedah Sentral
5.      Instalasi Perawatan Intensif (ICU & NICU)
6.      Kamar Bersalin
7.      Instalasi Rekam Medis
b.        PELAYANAN PENUNJANG MEDIS
1.      Instalasi Radiologi 24 jam
2.      Instalasi Laboratorium 24 jam
3.      Instalasi Farmasi
4.      Ambulance 24 jam
5.      Instalasi Gizi
6.      Rehabilitasi Medik
7.      Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS)
8.      Instalasi Pengelolaan Air Limbah
9.      Instalasi Pemulasaran Jenasah

3.2  Analisis Penerapan Sistem Informasi
Rumah Sakit sebagai salah satu institusi dalam bidang kesehatan yang dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja dan mutunya. Hal ini termasuk peningkatan sarana penunjang, salah satunya yaitu komputerisasi yaitu mencakup peningkatan sumberdaya manusia, penyempurnaan sistem pembantu kerja dan kegiatan operasional sehari-hari baik yang berkaitan dengan pelayanan pasien maupun operasional intern di rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit tidak bisa lepas untuk selalu melakukan pengembangan dan penyempurnaan sistem khususnya pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Pada penerapan SI di RS Rizani, pihak manajemen menggunakan metode outsourcing, yang menurut O’Brien, merupakan metode dengan pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi saat ini dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam kaitannya dengan teknologi informasi, outsourcing digunakan untuk menjangkau fungsi IT secara luas dengan mengontrak penyedia layanan eksternal. Yang mendorong organisasi menggunakan metode ini adalah pertimbangan biaya, waktu, ketersediaan SDM, dan kebutuhan layanan dukunga pelanggan.
Rumah sakit yang berdiri sejak 2013 ini, pada awalnya tidak memiliki sumberdaya di bidang IT sehingga untuk penerapan SI, pihak manajemen memutuskan untuk menggunakan pihak ketiga, dan menyerahkan seluruh proses kepada vendor. Sehingga dapat diasumsikan alasan rumah sakit menggunakan outsourcing dalam layanan sistem informasi antara lain:
·         Biaya ekonomis
·         Keahlian dan kompetensi internal yang tidak memadai
·         Perubahan teknologi yang cepat
·         Buruk dalam layanan sistem informasi
·         Fokus pada kompetensi inti
·         Top manajemen kurang perhatian terhadap inovasi IT di RS
Meskipun menggunakan pihak ketiga sebagai pihak yang merancang SI, dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak programmer, metode pengembangan SI yang digunakan adalah SDLC (Structured Design Life Cycle).
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem. Metodologi SDLC dimulai dengan ide-ide yang berasal dari pengguna, melalui studi kelayakan, analisis dan desain sistem, pemrograman, pilot testing, implementasi, dan analisis setelah diimplementasikan (evaluasi). Dokumentasi yang dibuat selama melakukan pembangunan atau pengembangan sistem digunakan untuk perubahan-perubahan di masa yang akan datang, misalnya melanjutkan pengembangan sistem, modifikasi atau penghilangan (deletion). Berikut siklus hidup pengembangan sistem informasi:


Gambar 3.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi
Tahapan untuk mengembangkan sistem yang digunakan oleh programmer adalah sebagai berikut:
1.        Analisa sistem
Tahapan analisa sistem dimulai karena adanya permintaan terhadap sistem baru. Permintaan dapat datang dari manajemen rumah sakit yang mengetahui bahwa sistem sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses pelayanan. Inisiatif pengembangan sistem baru berasal dari bagian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem informasi, yang bermaksud mengembangkan sistem yang sudah ada atau menangani masalah-masalah yang belum tertangani. Dalam hal ini, yang dilakukan adalah mencatat pasien yang masuk dan keluar setiap harinya ke dalam satu buku induk, dan kemudian mencatatnya kembali dengan menggunakan program excel dan Dbase. Permasalahan registrasi yang sering terjadi diantaranya nomor rekam medis yang hilang, pencatatan ganda baik nama maupun nomor rekam medis, dan sulitnya mendapatkan informasi jumlah pasien yang masuk dan kelur secara cepat dan tepat. Dan sulitnya mencari data pasien dan rekam medis pasien apabila pasien tersebut datang kembali berobat.
Pada tahap ini, programmer memastikan bahwa dengan pembuatan sistem ini maka akan benar-benar dapat dicapai dengan sumberdaya dan dengan memperhatikan kendala yang terdapat di rumah sakit dan dampak terhadap lingkungan sekeliling. Dilakukan studi kelayakan meliputi:
a.         Penentuan masalah dan peluang yang dituju sistem
b.         Pembentukan sasaran sistem baru secara keseluruhan
c.         Pengidentifikasian para pemakai sistem
d.         Pembentukan lingkup sistem
Setelah dilakukan pengamatan dan analisa, bagian rekam medis pasien rawat inap selama ini masih melakukan pencatatan data registrasi pasien rawat inap secara manual. Mereka sangat membutuhkan sebuah program yang dapat membantu mempermudah dalam menginput dan mengakses data dengan cepat dan tepat. Dari data yang diinput tersebut, diharapkan dapat menghasilkan informasi pasien masuk dan pasien keluar per hari, pasien masuk dan pasien keluar per bulan, indikator rumah sakit per bulan dan indikator rumah sakit per tahun.
Programmer melakukan analisa secara mandiri yaitu dengan wawancara terhadap seluruh pegawai di setiap unit dan observasi lapangan untuk mengetahu informasi apa sajakah yang dibutuhkan pengguna nantinya dalam sistem. Hasil analisa kebutuhan, seperti instalasi farmasi ingin mengurangi tenaga dan biaya yang dikeluarkan utk pencatatan yg msh manual, membutuhkan penyajian data yg cepat ttg stok obat sebagai perhitungan pengadaan dan pertanggung jawaban, farmasi ingin menghemat biaya utk tenaga dan saran yg digunakan dalam sistem pencatatan normal, sarana pengawasan transaksi harian terutama keuangan, pengendalian stok obat, pengendalian masa kedaluarsa, dan sebagainya. Sehingga data yang dibutuhkan dari farmasi adalah:
·           Nama obat
·           Harga obat
·           Koreksi stok opname
·           Input stok awal
·           Stok akhir
·           Manajemen rak obat
·           Rak detail
·           Kelompok BHP (Barang Habis Pakai)
·           Expired Date Obat
·           Expired Date Review
·           Kategori obat
·           Golongan obat
·           Master kategori dan golongan obat
Sedangkan untuk registrasi pasien:
1)         Data pasien
Data pasien terdiri dari: nomor rekam medis, nama pasien, perusahaan, no ktp, tanggal lahir, usia, alamat, gender, gol.darah, rujukan, rawat jalan/rawat inap.
2)         Data dokter
Data dokter terdiri dari : kode dokter, nama dokter, alamat dokter, telepon dokter, handphone dokter dan spesialis.
3)         Data perawat
Data perawat terdiri dari : kode perawat, nama perawat, telepon perawat, shift
4)         Data kamar
Data kamar terdiri dari kode kamar, nama kamar, klasifikasi kamar, jumlah tempat tidur
2.        Perancangan sistem
Setelah dilakukan analisis, programmer melanjutkan ke tahap perancangan. Dimana ada perancangan konseptual dan perancangan fisik. Pada perancangan konseptual, kebutuhan pengguna dan pemecahan masalah yang sudah dianalisis kemudian dibuat untuk diimplementasikan. Kemudian dibuat evaluasi alternatif berupa:
a.         Keluaran
Rancangan laporan mencakup frekuensi laporan (harian, mingguan, dan sebagainya), isi laporan, bentuk laporan, dan laporan cukup ditampilkan pada layar atau perlu dicetak.
b.         Penyimpanan data
Dalam hal ini, semua data yang diperlukan untuk membentuk laporan ditentukan lebih detail, termasuk ukuran data (misalnya, nama obat makSIal terdiri atas 25 karakter) letaknya dalam berkas.
c.         Masukan
Rancangan masukan meliputi data yang perlu dimasukkan ke dalam sistem.
d.         Prosedur pemrosesan dan operasi
Rancangan yang telah dibuat menjelaskan masukan yang telah diproses dan diSIpan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya rancangan konseptual diterjemahkan dalam bentuk fisik sehingga terbentuk spesifikasi yang lengkap tentang modul-modul sistem dan antarmuka antarmodul, serta rancangan basis data secara fisik. Hasil akhirnya berupa:
a.       Rancangan keluaran, berbentuk laporan dan rancangan dokumen
b.      Rancangan masukan, berupa rancangan layar untuk pemasukan data
c.       Rancangan antarmuka pemakai dan sistem, berupa rancangan interaksi antara pemakai dan sistem yaitu menu, ikon, dan lainnya.
d.      Rancangan platform, berupa rancangan yang menentukan perngkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.
e.       Rancangan basis data, berupa rancangan-rancangan berkas dalam basis data, termasuk penentuan kapasitas masing-masing.
f.        Rancangan modul, berupa rancangan modul atau program yang dilengkapi dengan algoritma (cara modul atau program kerja bekerja).
g.      Rancangan kontrol, berupa rancangan kontrol-kontrol yang digunakan dalam sistem (mencakup hal-hal seperti validasi, otorisasi, dan pengauditan).
h.      Dokumentasi, berupa hasil pendokumentasian hingga tahap perancangan sistem.
i.        Rencana pengujian, berisi rencana yang dipakai untuk menguji sistem.
j.        Rencana konversi, berupa rencana untuk menerapkan sistem baru terhadap sistem lama yaitu manual.
Namun pada tahap perancangan ini tidak dibagikan kepada pihak rumah sakit. Sehingga jika ada perubahan informasi, pihak rumah sakit harus menghubungi programmer.
3.        Implementasi sistem
Berdasarkan perancangan fisik, pemrograman memulai melakukan pemrograman, merupakan aktivitas pembuatan program atau sederatan instruksi yang digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai dengan masing-masing maksud instruksi. Kemudian dilakukan pengujian terhadap sistem, dan penerapan oleh pengguna. Setelah sistem dirancang, programmer mulai menguji sistem apakah sudah dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
4.        Operasi dan pemeliharaan
Hingga saat ini pemeliharaan sistem yang telah beroperasi masih dilakukan khususnya oleh kepala unit perencanaan dan pengembangan. SI yang telah ada di RS Rizani masih belum dapat memberikan informasi secara nyata, karena kurang up to date. Sedangkan untuk pembaruan informasi, pihak RS harus menghubungi programmer sebagai pihak ketiga, sehingga dibutuhkan waktu yang tepat untuk membarui informasi/input pada sistem. Selain itu, RS Rizani tidak memiliki programmer internal sehingga kepala unit perencanaan dan pengembangan harus melakukan pemeliharaan secara otodidak.
Setiap ruangan di unit sudah tersedia PC, 27 unit komputer dan 2 unit laptop (bagian manajemen). Berikut rincian ruangan yang tersedia PC:
·         2 unit di instalasi admisi
·         1 unit di instalasi rekam medik
·         3 unit di instalasi farmasi
·         1 unit di instalasi rawat inap King (VVVIP)
·         1 unit di instalasi rawat inap VVIP
·         1 unit di instalasi rawat inap VIP dan kelas 1
·         1 unit di instalasi rawat inap kelas 2 dan 3
·         1 unit di instalasi rawat inap VK
·         1 unit di instalasi poliklinik
·         1 unit di instalasi bedah sentral
·         1 unit di ruangan komite mutu
·         1 unit di ruangan komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
·         1 unit di ruangan sub bagian umum
·         1 unit di ruangan Manager On Duty (MOD)
·         3 unit di ruangan bagian keuangan
·         2 unit di ruangan sub bagian SDM
·         4 unit di ruangan sub bagian layanan perusahaan dan asuransi
·         1 unit di ruangan sekretaris akreditasi
Tidak semua unit masuk ke dalam SI RS Rizani. SI yang dirancang untuk rumah sakit hanya billing system dan farmasi. Instalasi yang terhubung dengan billing system adalah instalasi admisi (menyediakan informasi identitas pasien), instalasi rawat inap (menyediakan informasi tentang input keperawatan, jasa tenaga kesehatan), instalasi poliklinik (menyediakan informasi tentang input keperawatan, jasa tenaga kesehatan), instalasi bedah sentral (menyediakan informasi tentang input keperawatan, jasa tenaga kesehatan). Sedangkan untuk instalasi farmasi mempunyai sistem sendiri yang berkaitan dengan stok obat, dan terhubung pula pada billing system.
SI yang telah beroperasi ini mempunyai kekurangan di antaranya dikarenakan dalam perancangannya menggunakan metode outsourcing maka pihak RS tidak dapat melakukan pembaruan informasi terkini, karena yang mengelola secara keseluruhan adalah vendor. Selain itu, data yang ada dalam sistem tidak riil, sehingga peran arsip rekam medik masih sangat dibutuhkan untuk informasi pasien. Pendokumentasiannya dengan penyimpanan arsip, lalu dimasukkan ke sistem. Untuk data yang tidak masuk dalam sistem, hanya ada di komputer masing-masing yang terhubung dengan server yang kemudian dapat dikoneksikan ke semua unit dengan LAN. Sedangkan untuk instalasi farmasi, telah dilakukan perbaikan, sehingga mulai proses barang datang hingga masuk stok gudang sudah dapat memberikan informasi secara riil, meskipun harus tetap dilakukan pengecekan stok sebulan sekali.
Berikut adalah alur pelayanan di instalasi hingga masuk ke billing system dan alur pengadaan obat di instalasi farmasi:







Berikut adalah kelebihan dari sistem yang ada di RS Rizani:
3)      Mudah diaplikasikan
4)      Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Berikut adalah kekurangan dari sistem yang ada di RS Rizani:
3.      Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses
4.      Dapat mengakibatkan sulitnya merespons perubahan kebutuhan pengguna
5.      Model SDLC harus digunakan hanya ketika persyaratan dipahami dengan baik
6.       Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model karena model ini bisa melakukan itersi tidak langsung.
7.      Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit untuk megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
8.      Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyek dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang dari awal.
9.      Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota tim proyek harus menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.

Tabel 3.1 Daftar Pengguna SIRS
No
PENGGUNA SISTEM
KEBUTUHAN INFORMASI
1
Admin pendaftaran
Nama Paien
ID Pasien
Nomor RM Pasien
2
Admin Gudang
Jumlah Barang Masuk
Jumlah Barang Keluar
Stok Opname
3
Admin Keuangan
Jumlah Pendapatan Harian
Jumlah Retur (Jika Ada)
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran
Penggunaan Anggaran
4
Admin Farmasi
Perencanaan Kebutuhan
Pengadaan Obat, Alat kesehatan.
Penyerapan Anggaran
5.
Admin kasir
Rincian biaya tiap unit pelayanan
Identitas pasien
Rincian biaya sistem pelayanan farmasi






BAB IV. PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Rumah Sakit Rizani Paiton merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Probolinggo yang telah menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dimana SIRS itu sendiri berfungsi untuk memudahkan dan memakSIalkan pelayanan yang dimiliki oleh RS Rizani. Dalam penerapannya, SI RS Rizani menggunakan metode Structured Design Life Cycle (SDLC) yaitu sebuah metodologi dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem.
Tahapan-tahapan untuk pengembangan SI adalah analisa sistem, perancangan sistem, implementasi sistem, operasi dan pemeliharaan sistem. Kelebihan yang dirasakan oleh RS Rizani adalah pelayanan kepada pasien menjadi lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan cara manual. Di sisi lain, pihak RS masih merasa perlu dilakukan pengembangan-pengembangan lebih lanjut terkait penerapan SI yang telah digunakan saat ini, sehingga diperlukan perbaikan-perbaikan.

4.2    Saran
Pihak RS Rizani diharapkan dapat mengembangkan Sistem Informasinya sendiri (tidak outsourcing) demi kenyamanan perbaikan maupun pemeliharaan sistem yang telah ada saat ini salah satunya dengan memiliki sumber daya IT yang ahli di bidangnya. Selain bisa mengembangkan sistem secara mandiri, pihak RS juga akan dapat menambahkan/memperbarui informasi-informasi yang terkait demi kemajuan di RS.
Bagi penelitian lain diharapkan dapat mengidentifikasi lebih dalam mengenai pemanfaatan SI di RS Rizani. Baik secara internal maupun eksternal, sehingga bisa dilihat seberapa besar manfaat dengan diberlakukannya SIRS.







DAFTAR PUSTAKA

Fatta, Al Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Jogjakarta: ANDI
Khairani, Enny. 2009. Pengembangan Sistem Registrasi Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2009. Skripsi: Universitas Sumatera Utara. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14627/1/10E01009.pdf (diakses tanggal 20 Oktober 2016)
Marimin, dkk. 2009. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo