Reklamasi adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan
kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair
menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai,
daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun
di danau. tujuan
utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna
menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan
untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta
objek wisata.
Opini
Saya tentang Reklamasi Pantai Di Jakarta
Jadi menurut saya, Reklamasi pantai di Jakarta itu harus dilakukan karena beberapa hal
berikut ini :
1. Jakarta adalah Kota Maju
Impian pasangan Jokowi-Ahok saat kampanye dan terpilih
sebagai pemimpin DKI pada tahun 2012 adalah mewujudkan Jakarta Baru. Jakarta
yang bersih, rapi, modern, nyaman, aman, dan tentunya bebas dari praktik
korupsi, kolusi, maupun nepotisme.
Jokowi maupun Ahok mempertimbangkan untuk melanjutkan
atau tidak memperpanjang beberapa program wrisan pemimpin sebelumnya. Normalisasi
sungai dan waduk, perombakan pelayanan dan transportasi publik, serta reklamasi
Pantai Utara merupakan program-program yang harus dilanjutkan untuk kepentingan
warga Jakarta.
Jakarta butuh itu semua, butuh identitas untuk diakui
sebagai salah satu kota maju di dunia. Cerita lama Jakarta kumuh, penuh pohon
bambu dan kelor, dan ketinggalan zaman tidak perlu diulang kembali. Jakarta tak
hanya akan selevel dengan Rotterdam atau Singapura, kota yang berusia 488 tahun
itu akan bersaing dengan Manhattan, Dubai, Tokyo, Hong Kong, atau bahkan
Atlantis.
2. Banjir di Jakarta Dapat Ditanggulangi dengan Reklamasi
Berdasarkan hasil penelitian Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), penurunan muka tanah di Jakarta mencapai 18 sentimeter per
tahun. Hal ini akibat ekstraksi atau pencurian air tanah oleh pengelola
gedung-gedung bertingkat maupun perumahan.
Hal ini tak luput dari pengamatan para pemimpin DKI,
termasuk Ahok. Ahok setuju untuk memperpanjang perizinan reklamasi dari
Gubernur terdahulu, yakni Fauzi Bowo. Jangan tanya mengapa Ahok tidak menghukum
tegas pelaku praktik ekstraksi air tanah dan malah membangun pulau baru serta
tanggul raksasa di Pantai Utara Jakarta. Saya sendiri bingung menjawabnya.
3. Pantai Utara Jakarta Sangat Kotor
Siapa yang pernah berkunjung ke Taman Impian Jaya Ancol
atau Pelabuhan Tanjung Priok, pasti setidaknya pernah melihat kesegaran dan
wewangian semerbak khas Pantai Utara Jakarta. Tiada yang menandingi kejernihan
air dan deburan ombak nan syahdu di pantai tersebut. Konon, keindahannya
mengalahkan Pantai Gili Trawangan di Lombok dan pantai-pantai yang ada di Pulau
Bunaken.
Ahok perlu didukung sebab ia berpendapat tempat yang
banyak sampah, lumut, dan terkontaminasi harus direklamasi. Setelah
direklamasi, tak ada satu pun pantai di dunia yang sanggup menyaingi keindahan
Pantai Utara Jakarta dengan air tawarnya yang dapat diciduk dan dinikmati
langsung oleh siapa pun. Ini merupakan ide brilian untuk mewujudkan Jakarta
Baru.
4. Jakarta Butuh Pendapatan Pajak Lebih Banyak
Menurut Vice President Director and Chief Operating
Officer Jakarta PT. Intiland Development Tbk, Suhendro Prabowo, yang
diwawancarai Kompas.com, harga kavling kanal yang ada di atas tanah reklamasi
sekitar Rp 30 juta per meter persegi. Hampir dua kali lipat dibanding yang ada
di darat dengan harga sektiar 15 juta hingga 20 juta per meter persegi.
Inilah celah yang dilihat oleh Ahok untuk meningkatkan
pendapatan daerah. Bisa dibayangkan betapa fantastis uang bagi hasil
kepemilikan dan pajak yang masuk ke kantong kas daerah. Peduli setan dengan
penyerapan anggaran yang minim, toh ini demi kemaslahatan warga ibu kota tujuh
turunan.
5. Pengembang Properti, Pembeli, dan Turis Harus
Dimanjakan
Alasan paling masuk akal pengerjaan proyek reklamasi
adalah memprioritaskan orang-orang kaya. Mereka harus dibuatkan pulau sendiri,
lengkap dengan apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran, ruko, dan
lapangan golf. Jika tidak dimanjakan, bukan tidak mungkin mereka akan menabur
uang di daerah lain.
Jakarta bukan tempat buat si miskin, yang biasa tinggal
di atas tanah negara dan tidak taat membayar pajak. Jangankan membayar pajak,
makan sehari-hari saja sulit.
6. Profesi Nelayan Harus Dilenyapkan
Apa yang ada di benak Anda ketika membayangkan nelayan di
Jakarta Utara? Apakah yang Anda bayangkan adalah pria-pria gemuk berpakaian
rapi, melaut dengan kapal dan peralatan modern, dan hasil tangkapan mereka
berupa ikan-ikan berukuran jumbo?
Sayangnya, tampilan mereka tidak sekeren yang Anda
bayangkan selama ini. Mayoritas nelayan tidak mengindahkan penampilan mereka,
bahkan cenderung kotor dan lusuh. Hasil tangkapan mereka pun tidak semewah
sebagaimana yang ada di acara televisi, beberapa di antaranya ikan teri galer,
belanak, kembung, dan kerang hijau yang konon terkontaminasi logam dan limbah
berbahaya lainnya.
Nelayan harus dibuat susah melaut dan menangkap ikan,
kalau perlu buatkan jalur melaut yang cukup jauh supaya mereka kehabisan waktu
dan bahan bakar. Pelan-pelan mereka akan sadar bahwa mereka merugi karena sulit
menangkap ikan, apalagi menjualnya di pasar. Jika sudah tidak betah, mereka
akan berpindah tempat dan beralih profesi. Jadi agen properti misalnya.
Warga Jakarta akan merasakan manfaat proyek reklamasi
dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Tidak ada kepastian sukses maupun
gagal sebelum proyek benar-benar rampung. Apabila berhasil, Jakarta akan bebas
dari banjir. Apabila gagal, warga Jakarta akan dipindahkan ke pulau-pulau
buatan hasil reklamasi supaya tidak ikut tenggelam, tentunya dengan membayar
uang sewa.
Kesimpulan
Nah, jika Anda masih menolak reklamasi
Pantai Utara Jakarta, mohon pertimbangkan lagi. Reklamasi ini akan membawa
banyak perubahan untuk kota Jakarta, membawa angin segar bagi pengembang dan
kolektor properti, menampik eksistensi warga kelas bawah, serta mengesampingkan
kerusakan lingkungan.
No comments:
Post a Comment